Tentunya Kamu dengan ilmu yang sudah di luar kepala akan menjawab: 10 November adalah peringatan Hari Pahlawan Nasional. Lalu mungkin Kamu akan kembangkan sendiri menjadi narasi pendek, bagaimana Bung Tomo dengan kekuatan orasinya gemilang membakar semangat arek arek Surabaya, bagaimana Mallaby jatuh tumbang, bla bla bla ...
Sama halnya, ketika Ibu Guru bertanya, peristiwa penting apa di tanggal 09 Agustus 1945, maka dengan pede Kamu menjawab kalau 09 Agustus 1945 adalah masa dimana Nagasaki di hancurlumpuhkan oleh Paman Sam karena sebelumnya berani tambeng tambeng meluluhlantakkan Pearl Harbour di Pasifik.
Sejarah selamanya akan mencatat bahwa 10 November adalah Hari Pahlawan Nasional
dan Sejarah selamanya akan menulis 09 Agustus adalah Hari Berkabung Masyarakat Nagasaki
*
Lalu, bagaimana Sejarah akan mencatat keberadaanmu?
Kita - dalam tulisan ini - jangan dulu membahas hal superior yang mungkin aku atau Kamu lakukan. Belum, belum harinya kita membahas hal itu. Ada waktunya sendiri nanti. Yang akan dikulik di sini cuma hal yang jauh dan jauh lebih sederhana namun itu adalah mark of your eksistensi.
Pada sebuah kesempatan, aku dan seorang rekan tengah makan siang. Rekan yang satu ini kebetulan sedang merayakan hari jadinya sendiri. Hari pertama kali mencium ranting ranting udara bebas setelah mendekam beberapa bulan di rahim ibunya. Tapi roman romannya kok cemberut saja. Tak selepas selayaknya orang yang bahagia karena ia mulai semakin dewasa, semakin kaya dengan pengetahuan dunia, dia tidak seperti itu - hari ini.
Dan betul saja, begitu gundukan nasi putih mengepul ngepul, si rekan ini juga mengepulkan kegundahannya."Nggak happy aku," katanya.
"Kenapa?"
Sambil memain mainkan sedotan air minum dia berkata: "Tahu tadi yang di wall, itu aku sendiri yang tulis itu."
"Ha? Maksudnya?" tanyaku tak paham.
"Iya, yang di wall, yang di wall itu, Mas. Itu aku sendiri yang tulis. Bukan dia. Aku kan tahu user-nya, jadi ya tak tulis sendiri. Tak ketik sendiri. Dia nggak tahu apa apa. Di rumah nggak ada yang inget, Mas. Sedih, sedih banget. Dia pagi sempat telpon, sempat seneng aku tak kirain dia inget, eh malah minta belikan pulsa ... listrik di rumah mau mati, katanya."
Sebentar rekan itu tersenyum getir, lalu melanjutkan: "Tak tulisin sendiri, 'thank you, Say buat kadonya'. Kado lupa!"
Sejurus kemudian, obrolan ini hanya terjadi satu arah saja.
**
Seberapa pentingkah tanggal kelahiran itu, kalau bagimu? Sungguh teramat pentingkah?
Kalau aku sendiri, seingatku memang tak pernah mengharapkan apa apa dari setiap kali Juni sampai di kotak angka 3-nya. Aku memang tak pernah (hanya terjadi sekali di usia 17 saja) merayakan ulang tahun. Beda dengan salah seorang teman masa kecilku yang mana setiap tahun dia selalu mengundang aku dan teman teman sekompleks lainnya ke perayaan ulang tahunnya. Disuguhi cake dan juga kotak kardus berbentuk rumah rumahan yang selalu orang tuanya bagikan sebelum kami pulang.
Tentunya, tanggal maupun hari kelahiran kita pun ter-record dalam Sejarah. Hanya saja tergolong minor history atau bahkan very very minor and not counted history ... hahaha. Tapi bagaimanapun, itu adalah Sejarah milik kita. Masa penting dalam hidup kita. Walaupun mungkin kita tak selalu merayakannya di setiap tahun. Walau mungkin kita cukup bersujud syukur ketika menyadari bahwa begitu banyak karunia yang didapat dalam setahun usia ini bertambah.
Hanya, dalam konteks si rekanku tadi, ceritanya tentu berbeda. Expectation itu menjadi lebih diambisikan ketika kita sudah menjadi bagian dari seseorang yang lain. Bisa itu kekasih atau pasangan hidup. Ekspektasi itu menjadi lebih dinanti dengan gelisah dan menjadi ujung yang menggairahkan ketika pada suatu kondisi seorang kekasih datang dan mengucap sekedar "Selamat ulang tahun, Manisku" kepada pasangannya yang sedang berulang tahun.
Sekarang lho, siapa yang nggak bungah hatinya ketika ada seseorang yang tahu hari bersejarah kita dilahirkan, melebihi ingatannya pada 10 November, 17 Agustus, atau 01 Mei ? : )
Sejarah Hari Pahlawan Nasional dan Pengeboman Nagasaki yang sudah uzur itu sampai anak cucu kita dewasapun akan kekal tercatat di buku, di monumen, di dinding dinding museum, namun minor and not counted history .... upayakanlah agar ia jangan sampai reot lusuh mengeras di dinding.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar