Selasa, 18 Januari 2011

Rinai Hujan Januari dan Sejumput Kenang Kenangan


Pukul 16.30 dan perut kok udah berbunyi ya ... :D

Dalam senja yang berkelebatan sebentar saja sebelum disambung dengan rinai rinai Januari yang semanis donat coklat itu aku ayunkan langkah kaki ke seberang jalan. Yah, karena tak ada referensi menarik lain untuk menenangkan jam weker yang bersarang di dalam lambung ini, segera saja kusambangi kedai mie Indomart yang (sepertinya) kini naik harga.

Mula mulanya, angin pelan saja bersiul lalu wusssshhh hujan yang lebih lebat menimpalinya. Sedikit mengacuhkan situasi di depan sana yang tiba tiba menggelap, aku sruput saja mie ayam si Ibu Penjual Mie Ayam depan Indomart itu.

Tiba tiba, di sela tempias hujan itu, ada seorang bocah. Si Bocah (yang kebetulan) perempuan yang merengek rengek minta izin main hujan hujanan ke Si Bapak Penjual Es Degan dan Apokat itu. Tak ditanggapi oleh si Bapak yang dingin tak bergeming sambil terus merapikan rombongnya, si Bocah ganti godain si Istri Bapak Penjual Es Degan dan Apokat itu. 

Satu rengekan, dua rengekan, disertai tarik tarik kecil kaos ibunya, tak jua membuat si Ibu melunak. Rengekan semakin alot, si Bocah mulai merayu dengan sedikit nakal dengan mengambil uang dagangan si Ibu. Yah, permintaan sederhana semacam main hujan hujanan nampaknya dapat membuat orang melakukan apa pun  !! :D

Barulah saat si Bapak Penjual Es Degan dan Apokat itu mulai gemas dengan si kelakuan Bocah Perempuan itu, ia hampiri juga buah hatinya itu lalu (sekali lagi) dengan gemasnya menyorong-nyorongkan si Buah Hati ke pelukan hujan. Eh, alih alih berbasah basahan, si Bocah Perempuan itu malah dengan manjanya mulet mulet di pelukan si Bapak Penjual Es Degan dan Apokat tadi sambil cekikikan. Urung sudah niatnya. : )


Hai, tak ingatkah dirimu ketika melihat kelakuan malu malu kucing si Bocah itu? 

Bukankah masih ada pada dirimu jiwa kecil semacam itu? 

Yang ingin riang menari di bawah rinai hujan. Yang ingin tertawa ketika garis garis dingin itu merangkul memelukmu, sementara jiwa kecilmu belum menjangkau bagaimana khawatirnya si Bapak dan Ibu Penjual Es Degan dan Apokat kalau kalau badanmu meriang, demam, atau pilek?

Ah, bukankah dulu ketika Aku masih kanak kanak dan tanpa seorang kawanpun berlari lari sendiri di jalanan aspal, memakai sepatu bola, lalu bersama si kulit bundar lari bolak balik di sepanjang jalan itu? 

Aku sendiri tak ingat itu waktu jam berapa, 
waktu hari apa, 
waktu masa buah apa, 
waktu Presiden kita siapa, 
waktu Ibu memasak makanan apa,

Yang aku tahu saat itu hujan, 
dan dia begitu manis sekali ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar