Sudah hampir, setengah lima .. ah, bukan, bukan, ... sudah setengah lima pas .. ! : )
Pada suatu masa yang pernah dilalui, pada jam jam ini - ya jam jam ketika matahari beringsut pelan pelan menyambangi peraduan di Barat; ketika Senja ditunggu kehadirannya oleh sekelompok anak yang tak ingat akan apa PR dari bu guru buat besok; ketika ah .. ya ketika suara ibu sudah kedengaran dari jauh ... : "Gie, maghrib, ayo muleh .. muleh, .. " - tentu bukankah dulu akan selalu ada jam jam yang seperti itu? : )
Pada suatu masa yang pernah dilalui, pada jam jam ini - ya jam jam ketika matahari beringsut pelan pelan menyambangi peraduan di Barat; ketika Senja ditunggu kehadirannya oleh sekelompok anak yang tak ingat akan apa PR dari bu guru buat besok; ketika ah .. ya ketika suara ibu sudah kedengaran dari jauh ... : "Gie, maghrib, ayo muleh .. muleh, .. " - tentu bukankah dulu akan selalu ada jam jam yang seperti itu? : )
Ya, seandainya Kamu ada pada jam jam itu, pasti Kamu akan mendapati Aku di sana: Main bentengan dengan senangnya bersama tujuh atau sepuluh anak lainnya, atau berdebu debu ria di lapangan petak di pinggir jalan (yang pada waktu waktu tertentu selalu diguguri daun coklat mirip kitiran), atau di rumah saja menunggu masakan Ibu atau naik genteng rumah bersusah payah memainkan layangan. : )
Dan pada malam harinya, ya kebahagiaan kecil mengubah wujudnya. Seperti apakah itu? Perjalanan. Ya, perjalanan pendek entah ke mana. Entah ketika itu sedang hujan atau bulan meringis terang, entah ketika Ayah akan membelikanmu sesuatu atau hanya sekedar mengajakmu menjemput Kakak; entah apapun situasinya tetapi yang utama Aku ada di sana: duduk di tengah dihimpit Ayah yang menyetir motor dan Ibu yang memeluk dari belakang.
Ah .. seperti baru kemarin, seperti baru kemarin semua itu hadir ..
Jujur, Aku bukan orang yang selalu "update". Dalam pengertian: Aku nggak selalu update handphone baru ketika semua orang sibuk melakukannya (dan kemudian berbondong bondong migrasi ke Blakcberry di kemudian hari). Aku pun acuh saja - cuek - waktu pilihan musik orang hari ini seperti "itu" (maaf, tapi yang semacam 80's itu masih jauh lebih baik); pun Aku tak pernah pergi ke tempat yang menurutku orang orang menjadi bahagia sekali sepulang dari sana dan bisa berkisah tentang apa saja.
Ya, .. ini Aku-nya yang kuper (nggak njamani) atau .. memang sedikit sekali yang bisa membuatku bahagia, ya? : )
Tapi benar lho, (kok jadi curhat .. hehe), sedikit sekali yang bisa membuatku senang - terlebih bahagia. Sedikit sekali. Jadi seandainya suatu ketika Kamu mendapati Aku menolak suatu tawaran sesuatu, mengertilah bahwa itulah titik tertentu dalam hatiku bahwa Aku tak bisa memaksakan diriku. Walau sebisa mungkin, Aku akan mencoba menyenangkan atau tak membuat kecewa Kamu atau orang lain. Tapi, ... ketika aku benar benar tidak ada di sana, mengertilah... (toh, kehilangan Aku pun tak akan mengubah banyak hal sepertinya ... )
Tapi, bukan berarti karena sangat sedikitnya sesuatu yang bisa membuatku bahagia itu, lantas Aku sulit berbahagia. Bukan, ... bukan seperti itu pengertiannya. Kalaulah Aku tak tertawa atau minimal tersenyum ketika Kamu dan yang lainnya tenggelam dalam tawa kalian itu, bukan lantas berarti aku hilang dari kesenangan kalian. Aku ada, kok. Aku di sana. Hanya mungkin caraku menanggapinya tak sama dengan cara kalian. Bukankah, setiap orang punya cara tersendiri untuk tertawa atau tersenyum? Dan, justru bukankah hal semacam itu yang membuat keunikan di antara kita itu begitu terasa .. : )
Astaghfirullah... Astaghfirullah... Astaghfirullah...
Kalaulah ada, khilafku di setiap detik ke-Aku-anku itu, ampunilah Aku, karena Engkaulah yang Selalu Mengerti ...
Pun karena semuanya dari Engkau dan (pada akhirnya) akan kembali kepada-Mu ...
Semuanya ....

tetaplah menjadi dirimu... tak perlu menjadi siapapun, jika hanya untuk mencuri secuil kebahagiaan yang belum tentu nyata adanya...
BalasHapusberbeda itu indah... berbeda itu unik.. dan dengan berbeda, warna warni itu ada....