"Kalau udah besar nanti mau jadi apa, Nak?"
*
Ya, itulah sebuah pertanyaan umum yang akan diajukan seseorang kepada anak kecilnya? Ya, apa cita cita kelak yang akan menghiasi hidupmu? Yang akan menjadi kata demi kata yang tertulis dalam buku harian tujuan kehidupanmu itu?
Dulu, seingatku, sewaktu SD, ibu guru akan menanyakan hal serupa. Dan tahu, yang paling hebat yang pernah melintas dalam benakku saat itu adalah cita cita menjadi pemain bola. :D (soalnya, mungkin hanya permainan itu yang bisa mendekatkan seorang anak kecil pada sosok Del Piero, sosok Giggs, dan sebagainya).
Juga, cuma permainan seperti itu yang terlihat sangat keren sekali ketika kau pulang dengan berbasah basahan, kaos belepotan lumpur, rambut acak acakan, dan (ini serunya) selalu disorakin para gadis saat berlari membabi buta menggiring bola. :D
Jadi, Aku putuskan, saat itu jika bu guru kembali bertanya apa cita citaku, mantab kujawab: "Jadi pemain bola, Buk!"
*
Berganti musim, berganti seragam, bertambah usia, sepertinya benda menakjubkan bernama cita cita itu pun ikut berganti.
Kalau kamu jadi teman sekelasku, atau mungkin bertanya kepada teman sekelasku, dan pertanyaanmu adalah: "Tulisan apa yang selalu ada di setiap lembar buku catatan dan LKS yang selaku kutulis, tentu mereka akan sepakat menjawab: Aerosmith!!".
Benar! gaya kaum Heavy Metal benar benar membiusku saat itu. Utamanya si Steven Tyler dan kroninya itu, alamak ... hebat nian pak tua itu. Lalu mulailah kurenda mimpi: Aku menjadi seorang Aerosmith adalah hal yang benar benar Aku impikan. Impian konyol dan (karena) itu pula aku mulai sering sinting menuliskan kata kata Aerosmith di setiap lembar buku.
*
Sebuah mimpi, ada kalanya dihiasi oleh keegoisan seseorang, bukan begitu? : )
Ya, seperti kata katanya Doraemon: "Aku ingin begini, Aku ingin begitu, Aku mau menjadi, Aku ingin seperti ..."
Karena itulah, sebagian dari kita hanya akan mencantumkan kata "Aku" dalam setiap cita yang kita bangun. Menggambarkan dalam benak kita bahwa karakter "Aku" itulah seolah sosok satu satunya yang ada di dunia ini. Tokoh "Aku" itulah yang akan menjadi orang yang menulis drama, memainkan dengan skenarionya sendiri, menciptakan konflik dan klimaks paling ajaib, lalu mengakhirinya dengan epilog paling lembut.
Ya, tak ada yang salah dengan itu. Toh, orang berhak untuk itu. Namun, bukankah ada yang samar menghilang dari dunia di sekeliling "Aku" itu?
Bagaimana bila tiba tiba dalam dunia cita itu ditambahkan kata "Kamu" ?
Lalu dari kata "Kamu" itu, lahirlah seorang anak lagi, namanya: "Kita"
Bukankah itu akan menjadi bagian paling indah? : )
Karena dalam cita atau mimpi itu tak hanya ada Aku saja yang menjadi karakternya, namun juga ada Kamu. Lalu kita hidup beriringan dalam cita itu, memulai suatu drama ideal yang Kita inginkan.
Mungkin dalam drama itu, Aku akan membangunkanmu sebuah rumah kecil di mana Kita bisa melihat rinai rinai hujan dari langit langit rumah Kita yang terbuat dari kaca. Di mana Aku dan Kamu bisa naik ke atap melihat selendang senja yang menjuntai di langit barat sambil ditemani secangkir mocca. Dan saat malam menjelang, Kamu mulai merajuk karena anak anak mulai rewel tak mau tidur sebelum Aku menyelimuti dan mendongengi mereka. Lalu setelah begundal begundal kecil itu terlelap, Kamu memintaku untuk rebahan di samping Kamu. Tidak memintaku untuk banyak berbicara, namun berikan saja kasih sayang kepadamu sebagai obat lelah di setiap penutup hari.
Hey, bukankah lebih indah jika cita itu kemudian menjadi milik bersama?
Tidak hanya buat "Aku" saja, namun juga kusisipkan buat "Kamu". : )
Tidak hanya "Aku" yang meniti jalan dalam cita itu, namun ada "Kita" yang bergandengan melaluinya.
Lalu, jika kemudian ada yang bertanya: "Jika harus memilih cita dan cinta, akan memilih yang mana?"
Kukatakan bahwa cita dan cinta tak bisa dikorbankan salah satunya.
Lalu, jika masih saja keras kepala bertanya: "Jika harus salah satu, yang mana?"
Kali ini akan kukatakan bahwa: Hidup dan menjalani hidup bersama seseorang yang paling disayangi dan terbaik adalah sesuatu yang luar biasa. Karena dengan itulah seseorang bisa menyadari sekaligus memulai cita bersama dengan orang yang dicintai dalam dunia mereka.
Cita yang di dalamnya tidak melulu berisi ke - "Aku" an saja;
Cita yang tidak dijalani seorang diri lalu melupakan apa yang seharusnya menjadi pelengkap cita itu sendiri;
Cita yang bisa dibagi bersama, terlepas dari gila, lucu, mengerikan, dan indahnya suatu cita itu .. : )
* ketika menulis ini ditemani senandung Ungu: ... I will be the last for You, You will be the last for Me .. (yang selalu saja membuat luluh ) : )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar