Di kantor, ada sebuah ruangan yang berhadapan dengan call center. Pintunya model geser (jadi seperti pintu rumah rumah di Jepang :D) dan kebetulan di salah satu sudutnya difasilitasi inventaris kantor nan mengkilap yakni TV LCD yang ukurannya hampir selebar jendela kamar kos si Fandi.
Yaps! Itulah ruang Teknik.
Malam itu, sehabis main band dengan digempur lagu lagu cadas (alamak ... tolong, kalau abis main GNR, jangan langsung dilanjut main Ahmad Albar sama Andra and The Backbone, bisa kalang kabut ini pita suara .. ), akan ditayangkan laga Timnas Indonesia U-23 bertanding melawan kesebelasan antah berantah Turkmenistan.
Segera saja, ruangan teknik itu dijejali manusia (terutama kuli kontrak yang sudah pasti minggu ini akan masuk list pegawai telatan lagi ....hhihihihihi). Awak kapalnya ada Mas Van, Mas Arip, Mas Farid, Pak Soleh (entah lagi piket atau apa), Pak Dedy (sengaja ngebut dari Klakah ... :P), Mas Wewet dan Mas Ade (keduanya kemudian lenyap di dua puluh lima menit pertama pertandingan), lalu Aku. Belakangan ikut nimbrung juga Pak Manajer dan Pak Asman APP.
Dan pertandingan pun dimulai. Komentator pertandingan yang (naudzubillah) lebay itu mulai nyerocos. Memperkenalkan pemain pemain, mengomentari stadion yang sesak penonton (sudah mirip nonton meteor jatuh), rumput stadion, dan tetek bengek lainnya.
Berturut turut setelah Indonesia Raya menggema di Jakabaring, jabat tangan fair play, undian koin, salaman lagi, tukar sisi lapangan, diam diaman sebentar sambil merapikan celana dan tali sepatu, dan akhirnya wasit meniup peluit panjaaaaangggg pertandingan dimulai.
Timnas U-23 mulai mengambil inisiatif. Okta mulai ngebut dari sepanjang sayap kiri. Gubrak gubrak gubrak. Jatuh - bangun - jatuh lagi. Dioper ke Dendy, was wes wos, umpan pendek ke Titus Bonai, gubrak, priittt, dioper ke Yongki ..arrrrgghhh jatuh di kaki Turkmenistan (nama pemainnya nggak ada yang kenal) dibawa ke tengah lapangan, dijegal Egy, oper ke Okto, lariiiii kayak dikejar traktor, berkelit kelit, gubrak - dihantam bodi gajah Turkmenistan.
Esensinya adalah: 30 menit babak pertama Timnas U-23 main tanpa pola. Kalaupun ada, pola benang kusut. Tak karuan (percayalah, permainan futsal cah cah APJ lebih matang).
Entah kemudian karena satu kecerobohan kecil Turkmenistan, akhirnya pecah juga sorak sorai kami di ruang Teknik. Titus Bonai dengan lihai berhasil mengubah arah bola operan Okto dengan tumit sebelum akhirnya bersarang di gawang lawan. Sayang beribu sayang, kebahagiaan itu ternyata hanya seumur sebatang rokok Sampoerna. Si Kapten Turkmenistan lewat tendangan bebas ciamiknya berhasil memaksa Kurnia Meiga memungut bola dari sarangnya.
Alfred Riedl mulai gerah, begitu pula awak kapal di ruang Teknik. Mas Van mulai jenuh dan memilih mengambil duduk di belakang sambil mulai sedal sedul (belakangan karena keasyikan malah hampir hilang kesadaran kalau Manajer sudah ikut nimbrung, untunglah nama baik WCS masih bisa diselamatkan ... halaaahhhh .. hehehhehe).
Mar Arip malah terus berkomentar panjang lebar - ngalor ngidul - ngalah ngalahi komentator TV (bahkan setiap kali pemain Timnas salah oper hahhahaha). Yang dikomentari aneka rupa:
soal kalah garangnya pemain Timnas dengan Turkmenistan yang rata rata mirip Conan Barbarian;
soal penjajahan Belanda 350 tahun (ini ndak jelas juga juntrungannya apa .... hahaha);
soal kalah adu heading;
soal Nurdin Halid;
soal peluang Timnas yang sak'uprit (kali ini dengan nada pasrah);
soal Maman (ah, kalau ini selalu saja bikin orang orang tertawa);
soal A;
soal B;
soal C.
Benar juga analisa Mas Arip. Babak kedua, Timnas U-23 sudah seperti anak kecil kehilangan es krim. Ups, ada perumpamaan yang lebih tepat nggak sih? :P ... Dan, lewat suatu tik tak diikuti sisiran dari sayap kiri pertahanan Timnas, satu umpan datar dari flang berhasil dicocor pemain Turkmenistan ke gawang Meiga.
Goooolllll ... Turkmenistan malah sudah di atas angin saat awal awal babak kedua !!
Jakabaring mendadak hening. Ruang Teknik cuma dikepuli desahan pasrah. Asman APP langsung absen pulang. Koran geletakan tak karuan. Mas Farid cabut. Pak Soleh masih ketap ketip (entah memikirkan pertandingan atau jaringan), Mas Arip sudah sendakep geleng geleng, ....
Aku?
Pulang nonton "KCB" ...
Yaps! Itulah ruang Teknik.
Malam itu, sehabis main band dengan digempur lagu lagu cadas (alamak ... tolong, kalau abis main GNR, jangan langsung dilanjut main Ahmad Albar sama Andra and The Backbone, bisa kalang kabut ini pita suara .. ), akan ditayangkan laga Timnas Indonesia U-23 bertanding melawan kesebelasan antah berantah Turkmenistan.
Segera saja, ruangan teknik itu dijejali manusia (terutama kuli kontrak yang sudah pasti minggu ini akan masuk list pegawai telatan lagi ....hhihihihihi). Awak kapalnya ada Mas Van, Mas Arip, Mas Farid, Pak Soleh (entah lagi piket atau apa), Pak Dedy (sengaja ngebut dari Klakah ... :P), Mas Wewet dan Mas Ade (keduanya kemudian lenyap di dua puluh lima menit pertama pertandingan), lalu Aku. Belakangan ikut nimbrung juga Pak Manajer dan Pak Asman APP.
Dan pertandingan pun dimulai. Komentator pertandingan yang (naudzubillah) lebay itu mulai nyerocos. Memperkenalkan pemain pemain, mengomentari stadion yang sesak penonton (sudah mirip nonton meteor jatuh), rumput stadion, dan tetek bengek lainnya.
Berturut turut setelah Indonesia Raya menggema di Jakabaring, jabat tangan fair play, undian koin, salaman lagi, tukar sisi lapangan, diam diaman sebentar sambil merapikan celana dan tali sepatu, dan akhirnya wasit meniup peluit panjaaaaangggg pertandingan dimulai.
Timnas U-23 mulai mengambil inisiatif. Okta mulai ngebut dari sepanjang sayap kiri. Gubrak gubrak gubrak. Jatuh - bangun - jatuh lagi. Dioper ke Dendy, was wes wos, umpan pendek ke Titus Bonai, gubrak, priittt, dioper ke Yongki ..arrrrgghhh jatuh di kaki Turkmenistan (nama pemainnya nggak ada yang kenal) dibawa ke tengah lapangan, dijegal Egy, oper ke Okto, lariiiii kayak dikejar traktor, berkelit kelit, gubrak - dihantam bodi gajah Turkmenistan.
Esensinya adalah: 30 menit babak pertama Timnas U-23 main tanpa pola. Kalaupun ada, pola benang kusut. Tak karuan (percayalah, permainan futsal cah cah APJ lebih matang).
Entah kemudian karena satu kecerobohan kecil Turkmenistan, akhirnya pecah juga sorak sorai kami di ruang Teknik. Titus Bonai dengan lihai berhasil mengubah arah bola operan Okto dengan tumit sebelum akhirnya bersarang di gawang lawan. Sayang beribu sayang, kebahagiaan itu ternyata hanya seumur sebatang rokok Sampoerna. Si Kapten Turkmenistan lewat tendangan bebas ciamiknya berhasil memaksa Kurnia Meiga memungut bola dari sarangnya.
Alfred Riedl mulai gerah, begitu pula awak kapal di ruang Teknik. Mas Van mulai jenuh dan memilih mengambil duduk di belakang sambil mulai sedal sedul (belakangan karena keasyikan malah hampir hilang kesadaran kalau Manajer sudah ikut nimbrung, untunglah nama baik WCS masih bisa diselamatkan ... halaaahhhh .. hehehhehe).
Mar Arip malah terus berkomentar panjang lebar - ngalor ngidul - ngalah ngalahi komentator TV (bahkan setiap kali pemain Timnas salah oper hahhahaha). Yang dikomentari aneka rupa:
soal kalah garangnya pemain Timnas dengan Turkmenistan yang rata rata mirip Conan Barbarian;
soal penjajahan Belanda 350 tahun (ini ndak jelas juga juntrungannya apa .... hahaha);
soal kalah adu heading;
soal Nurdin Halid;
soal peluang Timnas yang sak'uprit (kali ini dengan nada pasrah);
soal Maman (ah, kalau ini selalu saja bikin orang orang tertawa);
soal A;
soal B;
soal C.
Benar juga analisa Mas Arip. Babak kedua, Timnas U-23 sudah seperti anak kecil kehilangan es krim. Ups, ada perumpamaan yang lebih tepat nggak sih? :P ... Dan, lewat suatu tik tak diikuti sisiran dari sayap kiri pertahanan Timnas, satu umpan datar dari flang berhasil dicocor pemain Turkmenistan ke gawang Meiga.
Goooolllll ... Turkmenistan malah sudah di atas angin saat awal awal babak kedua !!
Jakabaring mendadak hening. Ruang Teknik cuma dikepuli desahan pasrah. Asman APP langsung absen pulang. Koran geletakan tak karuan. Mas Farid cabut. Pak Soleh masih ketap ketip (entah memikirkan pertandingan atau jaringan), Mas Arip sudah sendakep geleng geleng, ....
Aku?
Pulang nonton "KCB" ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar