Di tempat ini aku senyum-senyum sendiri. Bukan karena sedang ada kamu yang melayang di benak. Juga bukan karena sedang mau gajian.
Sungguh, bukannya kamu kalah lucu dari apa yang kudapati di tempat ini. Hanya saja, apa yang menyelimuti tempat ini selalu membuatku merasa takjub. Merasa geli. Merasa hebat. Merasa bahwa keseluruhan dunia itu ada bersama-sama denganku.
Tapi sungguh, percayalah, bukan maksudku berpaling dari sinar matamu yang tajam dan manja itu. Hanya saja apa yang duduk atau berdiri di tempat ini juga tidak kalah asyik dari sifat-sifatmu yang kompleks dan sangat perlu dipelajari melebihi kurikulum fisika kuantum itu.
Di tempat ini, aku bersama dengan mereka yang melihat dunia penuh warna. Dengan mereka yang jatuh-bangun dari pahit dan getir. Dengan dunia yang aku takut menjejakinya dengan keberanian dewa sekalipun.
Tapi, sekali lagi, bukan aku menganggapmu tak kalah menarik dari tempat ini. Kamu memang ratunya dalam mengombang-ambingkan perasaan. Sikap yang kadang membuatku marah dan ingin sekali kulempar jauh dari daftar kesabaranku.
Kalau kamu ingin tahu, atau juga tak mau tahu, tempat ini juga punya kemiripan denganmu itu. Hanya saja mereka mengungkapnya dengan cara yang lebih elegan, politis, dan endorse-endorse penuh bujukan. Tapi, sama denganmu, tempat ini selalu membuatku ingin kembali.
Karena di sinilah tempat pelarianku. Tempat ego dan kesendirianku. Tempat penghiburan terhormat ketimbang bar dan mall hedonistis.
Kalau aku pergi dan kamu tak harus mencari, di sinilah aku berdiri. Di antara tumpukan sejarah, bahasa universal dan mimpi-mimpi yang kadang tak selalu dengan sabar kamu telisik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar