Yang lagi lagi enggan mengalah, usai Matahari berupaya separuh hari lebih menahannya.
Alam tiba tiba meredup, Angin lembut mendesir, dan satu demi satu Manusia sibuk jibaku dengan langkah;
sibuk dengan jemuran yang terancam lembab; sibuk bergumul dengan kenakalan bocah yang berlarian menerjangmu.
Dan di ruangan ini, di balik kaca jendela yang memburam karena sifat embunmu itu,
di helai udara yang lamat lamat dicumbu aroma hujan mistis dan menggairahkan ini,
engkau - Gerimis - menuntaskan rindu bagi kaum kaum yang merindumu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar