Kamis, 21 April 2011

Chopin Larung

Yen Chopin padem ring Bali, kelarung saking Daksina
Seandainya Chopin meninggal di Bali, (dia) ingin dihanyutkan dari Pura Daksina 

Titiang mengenang Bali sunantara wong ngrusak - asik negara
Diriku akan mengenang Bali, sementara orang orang merusak tanah airnya

Sang jukung kelapu - lapu santukan Baruna kroda
Perahu terombang ambing, karena Dewa Baruna murka

Nanging Chopin nenten ngugu kadang ipun ngrusak seni - budaya
Namun Chopin tiada pernah paham (kalau) sanak kadangnya merusak seni budaya

Risedeg sang jukung kampih ring Legian - Kayuaya
Ketika (akhirnya) perahu terdampar di Legian - Kayuaya

'te - lonte ring sisin pasih, anak lacur melalung ngadolin ganja
Para lonte ada di pinggir pantai, orang miskin telanjang menjual ganja

Chopin ten uning ring Bali wong putih mondok ring Kuta
Chopin tak pernah tahu bahwa di Bali, orang asing bersinggah di Kuta

Asing lenga lali ring Widi tan urungan jagi manemu sengkala
Seringkali melupakan Yang Maha Kuasa, maka tak urung akan menemui bencana

Gending Chopin maring ati nabuhang wirama duka
Gending lagu Chopin di dalam hati melantunkan irama kedukaan

Duh nyama braya ring Bali, dong sampunang banget nunaning prayatna
Wahai Saudaraku di Bali, komohon janganlah engkau terlalu



Rekam jejak sejarah musik Indonesia, yang - semestinya - bangga dengan Guruh, Keenan, Chrisye, Oding, Rony, dan Abadi ini. Mungkin kini, 36 tahun setelah Chopin Larung pertama kali didengar Indonesia, kita - masih saja sama - seperti apa yang dirisaukan oleh simbolisme Chopin itu....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar