Jumat, 19 Februari 2016

Piano Man


2 November 1973 Piano Man dirilis. Sebagai salah satu karya intelektual Billy Joel, lirik naratif Piano Man seolah sangat akrab dan dekat dengan keseharian kita.

Banyak produk satir yang dilagukan dalam Piano Man. John yang menyimpan hasrat jadi bintang film tapi terpenjara di balik meja bartender. Davy yang sampai akhir hayat (tak banyak pilihan selain) di Angkatan Laut. Paul si marketing real estate yang tak pernah punya waktu untuk istrinya. Termasuk si Pelayan (menceritakan istri pertama Billy sendiri) sebagai "politikus" bagi para pekerja kantoran yang kesepian.

Dan, Bar di Sabtu malam itulah kiblat pelarian para manusia. Tempat gin, tonic, sigaret, dan pelampiasan kejenuhan bertemu. Di sanalah dunia dilupakan (sesaat). Duduk sebagai Sang Penghibur adalah Bill Martin dan tuts-tuts pianonya. Dialah The Piano Man.

*

Modern ini, "Piano Man" banyak modelnya. Sedangkan "bar"-nya adalah layar televisi, seminar motivasi, bahkan gadget. Jika saja - dan sayangnya demikian - kita adalah robot dalam suatu era yang banal, dimana semua hal bisa dikomoditikan, lalu ke manakah pilihan "bar" dan lebih-lebih: siapakah Piano Man-mu?

Apakah "bar" dan Sang Penghibur itu sudah tepat sesuai akal sehat dan kebaikan nurani? Ataukah ia Bill Martin? Yang hidup dari tip pengunjung dan (tak sadar) bagian dari kooperasi jahat kapitalis?

Karena, jika kita dengar lagi, di bagian ujung lagu, Piano Man juga punya Manajer...... dan dia menikmati hasil jualan "pelepas penat" para pendatang bar.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar