Maaf. Maaf. Maaf.
Allah, Engkau yang memberi hidup kepadaku. Engkau pula yang kelak akan menidurkanku. Di rentang menuju jalan pulang yang entah berapa lama harus kutempuh ini, aku terkapar lemah.
Gelas yang Engkau berikan padaku penuh dengan beragam zat. Ketercampuradukan zat berdiam di gelas itu entah berapa lama lagi dapat aku mengerti. Sungguh, maafkanlah aku, jika aku masih merasa terbebani oleh kadar muatan dalam gelas itu.
Akulah yang lemah. Yang tak pandai. Sehingga gelontoran yang Engkau tuang ke dalam gelasku, terkadang tumpah. Tak terhitung liternya. Tak terkira endapan kotor di dasarnya yang sanggup aku urai dan jernihkan.
Maaf. Maaf. Maaf.
Akulah si lelah. Berbagi dan berkorban pun aku tak layak bersanding dengan umatMu sebelumnya. Kini aku adalah tawanan. Penjara bagi akal dan mata hatiku sendiri. Akulah gelas retak. Akulah ... orang yang khilaf tak memantik api ketika gelap menyekap.
Maaf.Maaf. Maaf.
Keterbatasanku. Kebodohanku. Oh, Tuhan! Sungguh aku terlalu bebal. Angkuh. Jika kelak pada saatnya aku akhirnya mengerti tentang nilai, pelajaran, pengorbanan dan hikmah dari kehadiran mereka ini, maka lunakkan hatiku.
Karena semua dariMu dan akan kembali padaMu juga. Semuanya ....
(Selamat memejam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar