Hey, apa yang kamu lihat di seberang?
Jendela tempatmu melamun dan
bersandar seolah tiada henti bercerita. Tentang gerimis pagi di stasiun atau
sorot menyala di pergeseran hari. Ada rasa yang tertinggal, ada juga yang menunggu
jemputan seiring dinding kaca itu bergeser.
Ketika ia melambat untuk berlabuh pada
suatu perhentian, kamu dengar beragam bahasa merambat di kawat-kawat udara.
Manusia menyampaikan gelisah dan harap di tengah lalu lalang yang seolah tiada
henti. Kamu lalu berangan, jika Tuhan punya kotak pos untuk menampung semua itu,
tentulah lebih dan lebih luas lagi dari gerbong tempatmu termangu-mangu kini.
Pukul 17:17. Lokomotif kembali bersiul.
Matahari hampir tenggelam di Barat. Senja kali ini kamu bersanding dengan
puncak-puncak agung pegunungan. Sambil menopang dagu, kamu teringat “Sepotong
Senja Buat Pacarku”, karya Seno Gumiro. Betapa manis bayangkan, ada orang mau
memotong Senja, dikejar polisi, membuat Senja tiruan, sebelum menyerahkan Senja aslinya sebagai pemberian tanda cinta?
Ah, sebelum khayalan itu merambat jauh,
kamu buru-buru menyudahinya. Rupa-rupanya jendela tempatmu melamun dan bersandar tak
menyisakan apa-apa. Hanya hitam. Tanpa sadar kamu memejam. Alam bawah sadarmu
menggoda. Ia bangunkan kamu di tengah dongeng Troubadour. Negeri tanpa nama yang hanya
ada dalam mitos. Tokoh-tokoh yang menceritakan Kebenaran, namun terbentengi modernitas
dan ilmu-ilmu perkuliahan.
Betapa hitam-putih dunia ini,
batinmu ketika Gerbong nomor 4 bersandar di suatu stasiun tanpa nama. Orang hanya bisa
memilih menjadi benar atau salah saja. Tak seperti dongeng atau wayang di
kampung halaman. Bahwa benar dan salah itu hanya penyeimbang. Dimana seorang Prince
Charming belum tentu sebaik dugaan. Atau Rahuvana belum tentu seburuk yang
disangka.
Di dalam tayangan sepekat kopi ini, jendela
keretamu menampilkan suar-suar kecil mirip kunang-kunang. Tak ada suara. Semua orang
mendatangi ruang rindunya masing-masing. Kereta pun melaju. Gambar-gambar di
sampingmu berkelebat. Cepat. Makin cepat. Di sisa malam ini kamu berharap
melihat Aurora Borealis.
*
P.S.: Karena kebanyakan ketawa, jadi ndak konsen bikin ceritanya. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar