Hal-hal mujarab dapat kita temukan dimana saja, seandainya kita mudah peka dengan yang berjalan – yang mengendap – yang sembunyi-sembunyi, di sekitar kita.
Mujarabnya juga tentu akan beragam khasiatnya. Bisa saja berupa kesehatan dan umur panjang. Pendidikan yang layak. Mungkin juga, pertemanan dan keluarga yang saling mendukung satu sama lain dalam berbagai kondisi.
Kakek-nenek saya, dari pihak ibu, alhamdulillah adalah yang termasuk dalam kategori umur panjang itu. Saya sendiri tak tahu berapa umur keduanya. Mereka berdua sudah melewati tiga generasi Republik ini. Mulai zaman Wilhelmina, Soekarno, Soeharto, hingga zaman yang masih belum menentukan Prabowo atau Jokowi yang kelak memimpin negeri ini.
Dan, jika Allah mengizinkan, ketika nanti saya sudah beranak cucu, mereka mungkin masih bisa sekedar tersenyum dan mendoakan kami di kala lebaran.
Menyoal pendidikan yang baik, jika ukurannya strata pendidikan, maka sepupu-sepupu saya sangat beruntung merengkuh semua itu. Rata-rata mereka telah tuntas Strata-1. Setidaknya, mereka tidak seperti saya ini yang tak pernah kenal universitas heuheu.
Dan rasa-rasanya, hal paling mujarab yang membentuk karakter kita, akar kepribadian kita, ialah kelurga dan sahabat. Alhamdulillah, saya tumbuh bersama para lelaki dan perempuan luar biasa hingga detik ini.
Bapak, Ibu, Kakak, Paman, semuanya. Mereka orang-orang yang sudah kenyang asam garam kehidupan. Yang sudah pernah di atas, juga di bawah. Juga para sahabat. Di masa kini maupun yang telah menjadi friends from the old times.
*
Hal-hal mujarab itu lama kelamaan akan menjadi penemuan pribadi masing-masing kita. Membentuk arah pelayaran dan ajaran yang kemudian kita jadikan buku pedoman menaklukkan hidup.
Banyak dari kita menekuni enjinering dan lahirlah mesin-mesin penggerak ekonomi. Banyak dari kita yang meramu skenario dan akting, lalu lahirlah pesan-pesan moral di balik lakon. Atau apapun itulah namanya yang bisa memberikan value kepada pribadinya masing-masing.
Kamu tentu juga tengah meramu hal-hal mujarabmu sendiri kini. Sayangnya, saya tak pernah kamu ajak berdiskusi tentang proses pencarian value itu. Ataukah belum waktunya saja. Atau kamu justru mau membut kejutan? Or, sadly, we walk in separate way?
Heuheu
Jika tebakkanku benar kini, hal-hal mujarabmu takkan jauh dari seputar buku, film, dan perjalanan. Ya, kadang kamu memang terlalu dramatik. Bagaimana lagi? Ketiganya mengajarimu menangis lalu tertawa dalam putaran yang singkat saja.
Entah khasiat apa yang kelak kamu hasilkan dari ketiga bumbu racikan itu. Saya tahu kamu tak berminat jadi pemegang Sumpah Hipokrates. Juga bukan pemain sandiwara yang baik (kamu terlalu mudah dipancing tertawa bahkan saat kita sedang serius), dan lagi kamu - sayangnya - tak selalu sabar menulis cerita gaya pasar kontemporer.
Jadi apa ya value-mu kelak? Heuheuhu...
Bagaimana kalau .... mewujud seorang yang tabah dan bodoh tapi menyayangimu untuk sekedar menemani pencarianmu yang tak akan pernah tuntas akan hal-hal mujarab hidup ini.
(Lalu kamu tertawa keras sekali)
Heuheu ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar