Tahun Baru 2013.
Hujan
pertama di awal Januari. Sepanjang pagi hingga matahari naik di angka jam pukul
10.00 tetes-tetes itu pelan-pelan mereda. Perayaan new year’s eve semalam di kantor dengan terompet, kembang api, pita
beragam warna, dan balon seperti terbungkus mimpi. Begitu pun ”Kemesraan” Iwan
Fals yang disenandungkan di penghujung 2012 itu.
Matahari
pertama bulan Januari yang menerobos genteng kamar membuat saya terjaga. Awal
tahun membuat saya sedikit murung. Bagaimana tidak? Awal tahun ini adalah akhir
tahun kebersamaan kami di kantor dengan teman-teman outsourcing. Rasanya aneh,
melihat mereka datang berkumpul di kantor, bersalaman, dan mengucapkan
perpisahan.
Apapun
itu, saya ndak pernah suka perpisahan semacam ini.
Tidak
sedikit dari mereka itu yang bekerja di perusahaan kami lebih dari 1 atau 2
tahun. Tidak sedikit dari mereka itu yang mau membagi waktu, tenaga, dan
loyalitasnya untuk kelangsungan kemajuan perusahaan kami. Pun, tidak sedikit
dari mereka itu yang menjadi bagian dari setiap memory dan detik-detik peristiwa di perusahaan ini. Suka maupun
duka.
Saya
bisa membayangkan besok kantor kami menjadi begitu ”lengang” ketika hari
pertama mulai kembali bekerja. Saya membayangkan, telepon loby berdering tapi
ndak ada yang merespon karena recepcionist
yang biasa duduk di sana kini pergi.
Saya membayangkan, dokumen-dokumen kami menumpuk karena rekan
administrasi yang membantu tata laksana persuratan itu tidak duduk lagi di
dekat kita. Dan saya membayangkan, tidak ada lagi yang menyahut Vpress atau permintaan
saya diumumkan broadcast message atau
sekedar bermain band di setiap Selasa atau Kamis sore.
Saya
membayangkan, ..... besok kami harus
melakukannya benar-benar dengan ”tangan dan kaki” kami sendiri.
Peraturan
Menteri Negara yang membuat perusahaan kami harus menyesuaikan diri. Saya ndak
pengen bawel dengan apa yang sudah dibuat oleh negara. Saya lebih ingin jengkel
pada diri saya sendiri.
Di saat seperti ini, saya malah ndak bisa berbuat apa-apa. Keserbamendadakan ini menjadi tidak begitu mengenakkan. Saya bisa saja menjawab secara normatif, tapi saya ndak pernah bisa menjelaskan bahkan sekedar menyarankan apa yang harus mereka lakukan setelah cut off kontrak mereka terjadi.
Saya ndak bisa ngasih mereka apa-apa....
Di saat seperti ini, saya malah ndak bisa berbuat apa-apa. Keserbamendadakan ini menjadi tidak begitu mengenakkan. Saya bisa saja menjawab secara normatif, tapi saya ndak pernah bisa menjelaskan bahkan sekedar menyarankan apa yang harus mereka lakukan setelah cut off kontrak mereka terjadi.
Saya ndak bisa ngasih mereka apa-apa....
Pagi ini, saya masih melihat
senyum mereka. Sapa mereka. Jabat tangan mereka. Entah kapan
lagi, mereka bisa ada bersama-sama di sekitar kami.
Farewell
rekan-rekan. Happy new year 2013. Terima kasih.... Maafin saya ya.... Semoga Tuhan yang Maha Agung menunjukkan jalan yang lebih terang
di ujung lorong sana.
Amien.
*
Well it's time to say goodbye my friend
I'm glad you stayed until the end
I hope that you've enjoyed the time we spent
Though I know that I will be back again
Until we meet again just think of me
I'll think of you
It was easier to say hello
Than to say goodbye
Now the bus is leavin' once again
I remember all the fun we had
And all the tears when times were bad
But you were there when we were down and out
And I know that I will not forget
What was written and what was said
Of the world
Yes it's time to say Auf Wiedersehn
Sayonara and ciao my friend
You'll always have a place within my heart
And rock will come and rock will go
The scene will change, the time will show
But still I hope that you'll be there for me
I'll be there for you
It was easier to say hello
Than to say goodbye
Now the bus is leavin' once again




Tidak ada komentar:
Posting Komentar