Selasa, 16 Oktober 2012

Somewhere, Outhere ...


Y: “Pokoknya, aku duluan yang mutasi. Aku tak ikut suami. Wkwkwk… :P”
X: “Enak ajah, ndak iso. Aku dhisik’an, kamu di sini ae. SK-mu tak tahan. Orang Rayon masih butuh kamu...:D”

*

Yah … Kurang lebih, itulah percakapan rutin harian yang mesti muncul di MIRC antara Saya dengan Dennik. Yup, sama sama dari kami, sering mengobrol ngalor ngidul tentang kapan bisa mutasi. Pulang kampung kerja di Jl. Basuki Rahmad 100, Kota Kelahiran.

Walaupun sih dia punya faktor keunggulan karena beralasan mau mengekor suami, tapi ndak rela kalau dia yang mutasi duluan... Saya duluan kalau bisa. Haha (ndak boleh marah).

Anyway, masalah pulang kampung memang jadi impian tiap orang. Sering Saya dengar orang mengeluh pengen pulang ke kota asalnya. Karena ini atau karena itu. Apapun itu, memang sudah jadi hak mereka buat menentukan Arah mana yang paling baik di masa depan.

Tahun ini genap 3 musim sudah Saya mengungsi ke Kota Suwar Suwir. Tiga tahun ini, Saya silih berganti bertemu dan kehilangan banyak hal. Dan tiga tahun ini pula, Jember masih menyisakan banyak pertanyaan untuk harus Saya terjemahkan seiring perjalanan Waktu.

Sepertinya, Saya harus bersyukur dan berterima kasih, Pak Moh. Taufik telah melempar Saya ratusan kilometer dari Sawojajar ke Kaliwates sini. Sungguh, Saya sebelumnya tak pernah barang sedetik mengimajinasikan seperti apa rona Kota ini. Saya hanya dengar nama Kota ini pun sebatas dari buku kisah Wali Songo haha ....

Namun, di sini ada banyak Nama dan ada banyak Cerita.

Cerita soal gerahnya Kota ini ketimbang Batu. Soal baru pertama kalinya tersesat di Gunung (dan ada praktik tawar menawar ala Akuntansi di bukit dimana orang mungkin bahkan tak kenal siapa itu Julia Perez). Soal manjat pagar Rumah Kos tiap pulang larut malam. Soal para Perempuan yang mengisi cerita dan mendewasakan. Soal es krim Milado atau Bioskop Kusuma.

Soal Kamu, Kita, dan Mereka....

Di Rumah, Ibu kadang juga berandai kapan Saya bisa berkantor di Jl. Basuki Rahmad 100. Tapi Ibu pun tak pernah mencegah Saya untuk pergi ke mana pun aliran ini mengalir.

Iya, ke mana pun aliran ini mengalir.
Karena Tuhan telah melayarkannya dengan ajaib sedemikian rupa.
Seperti kata Sheila On 7: “Kemana Aku melangkah, Kau yang menentukan Arah ....”

*

15 Oct - 01:29 WIB
Di balik Jendela Kamar Kos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar