Rabu, 31 Oktober 2012

# SO7

 
Sheila On 7
"Ketidakwaran Padaku"
by: Eross
 
 

C                     Am
Ketidakwarasan padaku
C                         Am
Membuat bayangmu s’lalu ada
         G
Menentramkan malamku
F                        C
Mendamaikan tidurku
C                     Am

Ketidakwarasan padaku
C                     Am
Membuat hidupku lebih tenang
G
Aku takkan sadari
F                       C
Bahwa kau tak lagi disini

                        F
Aku mulai nyaman

G          C         G on B           Am
berbicara pada dinding dikamar
G                 F        G
Aku takkan tenang
                           C
saat sehatku datang

C                          Am
Ketidakwarasan padaku
C                               Am
Slimut tebal hati rapuhku
G
Berkah atau kutukan
F                          C
namamu yang kusebut

                        F

Aku mulai nyaman
G          C         G onB           Am
berbicara pada dinding dikamar
                 F      
Aku takkan tenang

G                        Am Don F#  F   E  2x
saat sehatku datang

G#      A        D       F#m                               
Suara hati tak ‘kan mati
G#      A        D       F#m
Jika jiwa terus menari dan bermimpi

Am F G 4x

F     G

F on G

Selasa, 30 Oktober 2012

Miracle


Alhamdulillah ...
tak terkira sore ini begitu teduh ... ketika sangat sedikit yang bisa membuat sumringah,
tapi rinai rinai Hujan hari ini membuat segalanya jadi lebih.

Angin yang berjalan mondar mandir,
Langit yang menggelar tirai kelabu,
semilir bau hujan dan tanah becek
Lalu tetes yang berkejaran berebut menyentuh bumi.

Hujan (memang) membuat segalanya terlihat lebih ajaib ...

Kamis, 18 Oktober 2012

Tuit tuit ...


Karena membaca kata katamu saja sudah cukup membuatku tenang dan lega ....

Selasa, 16 Oktober 2012

Somewhere, Outhere ...


Y: “Pokoknya, aku duluan yang mutasi. Aku tak ikut suami. Wkwkwk… :P”
X: “Enak ajah, ndak iso. Aku dhisik’an, kamu di sini ae. SK-mu tak tahan. Orang Rayon masih butuh kamu...:D”

*

Yah … Kurang lebih, itulah percakapan rutin harian yang mesti muncul di MIRC antara Saya dengan Dennik. Yup, sama sama dari kami, sering mengobrol ngalor ngidul tentang kapan bisa mutasi. Pulang kampung kerja di Jl. Basuki Rahmad 100, Kota Kelahiran.

Walaupun sih dia punya faktor keunggulan karena beralasan mau mengekor suami, tapi ndak rela kalau dia yang mutasi duluan... Saya duluan kalau bisa. Haha (ndak boleh marah).

Anyway, masalah pulang kampung memang jadi impian tiap orang. Sering Saya dengar orang mengeluh pengen pulang ke kota asalnya. Karena ini atau karena itu. Apapun itu, memang sudah jadi hak mereka buat menentukan Arah mana yang paling baik di masa depan.

Tahun ini genap 3 musim sudah Saya mengungsi ke Kota Suwar Suwir. Tiga tahun ini, Saya silih berganti bertemu dan kehilangan banyak hal. Dan tiga tahun ini pula, Jember masih menyisakan banyak pertanyaan untuk harus Saya terjemahkan seiring perjalanan Waktu.

Sepertinya, Saya harus bersyukur dan berterima kasih, Pak Moh. Taufik telah melempar Saya ratusan kilometer dari Sawojajar ke Kaliwates sini. Sungguh, Saya sebelumnya tak pernah barang sedetik mengimajinasikan seperti apa rona Kota ini. Saya hanya dengar nama Kota ini pun sebatas dari buku kisah Wali Songo haha ....

Namun, di sini ada banyak Nama dan ada banyak Cerita.

Cerita soal gerahnya Kota ini ketimbang Batu. Soal baru pertama kalinya tersesat di Gunung (dan ada praktik tawar menawar ala Akuntansi di bukit dimana orang mungkin bahkan tak kenal siapa itu Julia Perez). Soal manjat pagar Rumah Kos tiap pulang larut malam. Soal para Perempuan yang mengisi cerita dan mendewasakan. Soal es krim Milado atau Bioskop Kusuma.

Soal Kamu, Kita, dan Mereka....

Di Rumah, Ibu kadang juga berandai kapan Saya bisa berkantor di Jl. Basuki Rahmad 100. Tapi Ibu pun tak pernah mencegah Saya untuk pergi ke mana pun aliran ini mengalir.

Iya, ke mana pun aliran ini mengalir.
Karena Tuhan telah melayarkannya dengan ajaib sedemikian rupa.
Seperti kata Sheila On 7: “Kemana Aku melangkah, Kau yang menentukan Arah ....”

*

15 Oct - 01:29 WIB
Di balik Jendela Kamar Kos

Rabu, 10 Oktober 2012

Dalam Doaku


Yuk, membaca lagi sajaknya Pak Sapardi ... 
kali ini judulnya "Dalam Doaku", dari kumpulan "Hujan Bulan Juni"

: )


Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang
semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening
siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening
karena akan menerima suara-suara


Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,
dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang
hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya
mengajukan pertanyaan muskil kepada angin
yang mendesau entah dari mana


Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung
gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,
yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu
bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan
terbang lalu hinggap di dahan mangga itu


Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang
turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat
di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya
di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku


Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,
yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit
yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia
demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi
bagi kehidupanku


Aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu

Senin, 08 Oktober 2012

Oktober ke Sepuluh ...


# Oktober, 2012.



Tanpa terasa ini sudah Oktober yang ke sepuluh. Sepuluh tahun berlalu sejak pagi hari yang berselubung mendung itu. Bulan ke sepuluh di tahun ke sepuluh yang membuat diri bimbang menyikapi. Apa harus bersedih atau bahagia menjalani.

Sebagaimana hal hal ajaib yang gemar dituliskan Tuhan dalam Lauhul Mahfuz-Nya, Oktober turut menjadi bulan yang membentuk paragraf tersendiri dalam perjalananku. Suka, duka. Jatuh, bangun. Tertawa, menangis. Apapun itu, ada di dalamnya.

Oktober ke sepuluh ini, Aku masih belum juga menerima kalau Aku beranjak dewasa. Hehe... sering sekali benak ini berpikir: Iya, untuk apa bersusah payah menjadi dewasa? Aku nggak mau itu. Memikirkan menjadi tua. Tubuh reot. Diserahi kewajiban ini itu. Ah ... gimme a break. Sungguh menjemukan sekali. 

Aku iri pada dongeng Peterpan. Dia itu nggak pernah menjadi tua. Kalau boleh memilih, Aku ingin kembali menjadi bocah 2 tahun yang biasa kamu gendong atau anak 11 tahun dalam potret yang diambil di hari Hujan itu.

Tapi rupanya Oktober berkata lain.

Tahun demi tahun, Aku menyadari kalau Aku harus berjuang tanpamu. Menjadi dewasa lalu menua tanpa petuah dan nasihatmu. Berduka sekaligus bersuka di setiap 27 Oktober demi mengenang kepergianmu dan hari jadi tempatku bekerja ini.

Ayah, Oktober ini genap sepuluh tahun sudah....
Maaf, Aku masih mbethik dan nggak bisa jaga diri sendiri....
Masih terperangkap dalam pikiran anak kecil di tubuh lelaki 25 tahun .....

Tapi Aku belum patah kok...
Belum berhenti berjalan dan terus belajar
from no one…. to be someone.
InshaAllah ...

Jumat, 05 Oktober 2012

Sudah, Bobok sana ... (siapa yang bacain ceritanya?)


(sudah) hari Jumat - 00:19
Belum juga bisa memejamkan mata ... perut kok ya (tiba tiba) laper .. hehe ... :D : )

Kilas balik sebelum benar benar bobok:
Hari ini Hujan turun .. pertama kali di bulan Oktober.
Ada yang susah karena Jaringan kandas semua,
tapi saya sendiri merasa cukup terhibur karena bisa kembali menafsirkan sihir Hujan.: )

Hmmff... sudah tengah malem kok ya ndak bisa bobok, males maem ...
jadilah lagunya Elthon John ini yang didengerin berulang kali sambil nunggu kantuk ...

Judulnya cukup heboh ... "Dont let the Sun go Down on Me"

I can't light no more of your darkness
All my pictures seem to fade to black and white
I'm growing tired and time stands still before me
Frozen here on the ladder of my life
 
Too late to save myself from falling
I took a chance and changed your way of life
But you misread my meaning when I met you
Closed the door and left me blinded by the light

 Don't let the sun go down on me
Although I search myself, it's always someone else I see
I'd just allow a fragment of your life to wander free
But losing everything is like the sun going down on me

 I can't find, oh the right romantic line
But see me once and see the way I feel
Don't discard me just because you think I mean you harm
But these cuts I have they need love to help them heal

Don't let the sun go down on me
Although I search myself, it's always someone else I see
I'd just allow a fragment of your life to wander free
But losing everything is like the sun going down on me


(besok tusbung, Bogi ... ayo sana cepat tarik selimut ... )
iya ...
(besok telat lagi ...)
iya ... 7 menit
:D: )