Harapan harapan besar
Apa yang kamu harapkan selama sisa waktumu ini?
Aku tanya demikian dan kamu mungkin akan mulai menghitung, memilah, memilih, mencari, mengangan angan, dan sebagainya. Tapi, bagaimana jika aku sampaikan, sisa waktumu itu tak banyak. Bagaimana jika itu tak lebih dari 72 jam? Apakah kamu masih akan memilah lagi?
: )
Harapan harapan besar itu sah dimiliki siapa pun di jagad raya. Aku, kamu, kita, dia, mereka, semua punya hak untuk itu. Aku pun sekali waktu ingin ke Inggris, sekedar berjalan menebas kabutnya atau menikmati adrenalin di Theatre of Dream.Sekali waktu aku pun ingin, duduk di atas kereta yang mengular di kontur pegunungan. Menikmati sinar mataharinya yang jatuh di daun daun palem. Aku ingin semua, tapi aku punya batas.
Kamu pun demikian, kan? Ah, mungkin juga tidak.
Kalaulah aku - ya aku tak tahu sampai kapan waktuku - kuingin sekali menyematkan harapan harapan itu padamu saja. Matahariku, Bulanku, Hujanku, Malamku, Senjaku, Pagiku, Air Mataku, Mata Hatiku, ya ... hanya padamu seutuhnya.
Entahlah sudah. Ini malam yang sudah larut atau aku yang terlalu hanyut, tapi aku seperti sudah tak bisa lagi mencerna dan merasakan apa diriku sebenarnya. Aku hilang. Mati rasa. Aku ... entahlah.
Hanyalah kepadamu saja, harapan harapan itu akan aku berikan. Dan pada suatu hari yang sangat tenang nanti, kita akan pergi jauh mengembarai perjalanan kita. Menjauh dari riuh rendah sekitar kita tanpa perlu berkabar keberadaan kita. .
Mungkin kita ada Jogja, tapi esok di Semarang. Mungkin kita ada di Bandung, tapi esok di Palembang. Mungkin kita ada di sini, tapi esok telah di sana. Sampai pada suatu hari yang tenang nanti, kita menemukan diri kita di suatu tempat dimana kita bisa memandang segalanya, tapi dunia tak perlu tahu keberadaan kita.
Bagaimana denganmu? Ah, mungkin juga tidak ...
Kamu memang pintar bermain misteri ... : )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar