Selasa, 21 Desember 2010

Hai .. (Kita Pernah Bertemu ?) : )


Tidak diperlukan sebuah kata kebetulan untuk menghadirkan Kamu di sini. Di dunia yang amat singkat dan diisi silih berganti baik oleh tawa maupun tangis. Di lembaran lembaran hari yang mungkin bisa Kamu tulis menjadi serangkaian puisi, sebuku novela - di mana kita bisa bermain menjadi apa saja ketika Pena sudah memantrai kata kata dengan begitu magisnya. 

Hai..

Garis hidup menyemikan benih yang bahkan aku tak ingat pernah menaburnya;
meninggikan mimpi yang sebelumnya bahkan tak pernah ingat aku hiraukan;
menajamkan fikir yang bahkan sebelumnya terlalu tumpul untuk sekedar melamun.

Namun, bagaimana kini?


Benih itu kini sungguh aku tak kuasa lagi menahan seminya. Bermacam kelopak kelopak surga dia lahir dan mekarkan di sana, lengkap dengan lembut manis putik dan sayat tajam durinya;

Sang Mimpi itu kini menjelma raksasa. Ya, raksasa yang lapar akan makhluk kecil dan menggemaskan bernama rindu. Setiap detik, Mimpi itu mengemis, ya .. dia mengemis, bahkan untuk rinai senyum hujanmu. Dia mengiba, ya ,, dia merintih mengiba, untuk sekedar tatapan mataharimu. 

Dan .. Fikir. Haruskah kurisaukan tentang Fikir? Ah, Fikir, ... engkau kini sudah tak perlu lagi berfikir. Karena itu sudah tiada ada guna. Ketika Cinta itu tiba Fikir, engkau adalah makhluk terbodoh, terjahiliyah di jagad kegundahan perasaan ini. 


Sungguh Ya Gusti ya Rahman, jika ini Angan angan termanis maka kini Aku benar benar tengah terkulai gila di medannya. Dan .. sungguh ya Gusti ya Rahman, Aku mohonkan hanya kepada-Mu, bungkuslah Angan angan itu - pengasuh Benih, Mimpi, dan Fikir itu - dengan balutan balutan cahaya, keteduhan, dan kelembutan-Mu semata.


... (Karena Aku pun ingin Kamu bahagia, walau hanya dengan sebait doa atau sedetik tawa)...


1 komentar:

  1. memang indah;
    tarian pena itu indah, tinta tergores luwes sampai terucap kata sedap seketika membaca goresannya

    BalasHapus