- bila berkata, ia berbohong;
- bila berjanji, ia ingkari; dan
- bila dipercaya, ia berkhianat
Agama
yang saya anut menganjurkan kami untuk hidup dan menjalan hidup sebagai
makhluk yang beriman, bertaqwa dan menjauhi sifat-sifat kaum munafiq. Lalu bagaimana dengan hidup saya?
Saya sendiri tidak bisa menjamin bahwa saya adalah orang yang bersih dari sifat munafiq. Saya kadang masih berbohong. Saya pun masih tak luput suka melupakan janji-janji yang saya pernah ucapkan. Dan (semoga Allah mengampuni) saya mungkin pernah menciderai apa yang orang telah percayakan.
Pernah saya membaca cerita. Kisah seorang ulama, kyai ahli ibadah yang ceramahnya diburu dimana-mana. Suatu hari, ulama ini dikabari bahwa dia akan mati. Muridnyalah yang mengabarkan undangan Isroil itu. Sayangnya, si murid khilaf, tidak mengenal dan bahkan tak mengetahui tentang siapa yang akan datang membunuh ulama itu.
Tentu saja, dengan sangat manusiawi, ulama ini was-was. Takut akan kedatangan Malaikat Maut. Dia mulai mengurung diri. Mengurangi ceramahnya. Muridnya yang lugu itu, ia minta menggali kabar tentang siapa gerangan yang akan membunuh dirinya.
Hari ke hari, sikap takut matinya semakin tinggi. Muridnya yang mulai jenuh dengan kelemahan hati gurunya itu mengingatkan: bahwasanya dengan ilmu gurunya itu, dimana ia telah banyak menyinari umat tentang cahaya Allah, seharusnya membuatnya tidak perlu khawatir dengan kabar kematiannya.
Bukankan jika Allah sendiri yang berkenan membunuhnya, tidak ada kuasa lain yang mampu mencegahnya? Bukankah dengan cara gurunya mengingkari dan bersembunyi itu membuatnya memalingkan diri dari ajaran-ajarannya sendiri?
Rupanya nasihat anak bau kencur yang baru belajar agama itu membuat merah telinga gurunya. Ia diusir dari pondok. Sebelum pergi, dia meninggalkan catatan. Catatan yang dia tegaskan dalam Al Quran surah 63 ayat 11:
"Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan."
*
Dari cerita di atas, bahwasanya seorang alim ulama dengan ilmu yang mumpunipun, luput dengan ajarannya sendiri. Ia menutup diri dari apa yang sudah ia amalkan. Tuhan menguji dengan hal-hal buruk atau hal-hal baik untuk sesuatu yang harus kita mengerti.
Saya pribadi tentu tak luput dari yang demikian itu. Lidah saya bukan lidah malaikat. Hati saya bukan mata air yang muncul dari murninya bumi. Saya ini asli 100% dhaif.
Seseorang pernah bilang: "Sekejam-kejam orang, ialah mereka yang kejam pada dirinya sendiri. Bersikap munafiq terhadap diri sendiri. Memberi banyak nasihat baik kepada orang lain, tapi pribadinya menolak menjalankan hal itu."
Saya pikir ucapan itu adalah teguran bagi banyak orang. Terlebih bagi diri saya sendiri. Saya berdoa semoga Allah memberi saya hati yang kuat. Cukup kuat untuk tidak menggurui orang lain. Cukup tangguh dan sabar untuk menerima buah dari doa-doa yang saya ucapkan.
InshaAllah ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar