demi dia yang matanya surya, sentuhlah aku yang kelam terserak di riuhnya bunga-bunga.
demi dia yang senyumnya hujan, basuhlah padang kering yang gelisah menyambung
musim gugur meninggalkan apa yang dinamakan kehidupan, musim semi meninggalkan apa yang ditasbihkan kerinduan.
lalu apa yang ditinggalkan surya dan hujan pada jiwa ini selain ruang hampa atau desah?
desah pun akan mati; hampa pun laun terisi. yang hilang kan kembali; yang lama kan bersemi.
meyisakan geliat sepasang insan di tepi lautan menanti pergantian.
coba resapi jiwaku, betapa sejuknya mentari di ujung hari.
coba amati jiwaku, belaian lembut sang laut pada bahu sang karang.
betapa bungamerah itu pun dinikmati insan tak berakal.
demi dia yang senyumnya hujan, basuhlah padang kering yang gelisah menyambung
musim gugur meninggalkan apa yang dinamakan kehidupan, musim semi meninggalkan apa yang ditasbihkan kerinduan.
lalu apa yang ditinggalkan surya dan hujan pada jiwa ini selain ruang hampa atau desah?
desah pun akan mati; hampa pun laun terisi. yang hilang kan kembali; yang lama kan bersemi.
meyisakan geliat sepasang insan di tepi lautan menanti pergantian.
coba resapi jiwaku, betapa sejuknya mentari di ujung hari.
coba amati jiwaku, belaian lembut sang laut pada bahu sang karang.
betapa bungamerah itu pun dinikmati insan tak berakal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar